Dalam psikologi kita mengenal ada 8 tipe kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, matematik, visual spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik dan naturalis. Tapi saat ini fokus dari sistem pendidikan kita hanya pada kecerdasan linguistik dan matematik saja. Mereka yang jago main gitar, bernyayi rock, bermain sepak bola, suka mendaki gunung dan menggambar hanya dipandang sebelah mata oleh sekolah. Sekolah hanya mengapresiasi kemampuan anak didik dalam menyelesaikan soal matematika tapi mengabaikan suara merdu si anak tersebut. Prestasi sekolah yang tertulis di raport hanya diukur melalui angka-angka tentang fisika dan bahasa. Kelincahan menggocek bola, kemampuan seni berakting, kecakapan memimpin, kepedulian pada alam dan berbagai kecerdasan lain tidak dicantumkan didalamnya.
Jadi harus bagaimanakah sekolah kita? Sekolah yang baik adalah sekolah yang mau dan mampu menampung potensi dan bakat unik dari setiap anak didik. Jika ia memang ia jago matematika, maka tulislah di raportnya bahwa ia hebat dalam matematika. Demikin juga jika si anak lincah dalam mendribel bola bak lionel messi, merdu suaranya dalam bernyanyi seriosa atau hebat dalam menjadi pemimpin organisasi, maka catumkanlah hal tersebut di raportnya. Supaya si anak merasa bahwa ia tidak harus mahir biologi atau geografi untuk mendapat apresiasi, karena ia bisa berprestasi dengan kemampuan unikya. Sehingga para orang tua tidak perlu terlalu khawatir dan cemas jika si anak tidak ahli matematika maka anak tersebut bakal tidak naik kelas atau tidak lulus, karena sekolah tidak hanya menentukan kelulusan lewat kemampuan akademiknya saja tapi juga berdasarkan prestasi-prestasi unik si anak tersebut.
Sekarang kita akan belajar tentang kecerdasan dari sang penemu lampu, thomas alva edison. Thomas alva edison adalah orang yang sangat cerdas dan kreatif. Tapi sistem sekolah saat itu belum mampu melihat dan menampung kecerdasannya. Sehingga setelah beberapa hari edison sekolah, sang guru mengirim surat pada ibu si edison “Tommy, anak ibu, sangat bodoh, kami minta ibu mengeluarkannya dari sekolah”. Tapi apakah ibu edison menerima begitu saja. Tidak, ia tidak sependapat dengan sang guru, ia melihat anakya tidak bodoh, hanya saja sekolah tidak mampu melihat sisi kecerdasan edison. Lalu ia mengajari sendiri edison kecil membaca dan menulis dirumah. Berbagai macam buku teks dan ensiklopedia dilahap habis oleh edison pada waktu itu. Dan anda lihat sekarang, edison dikenang sebagai seorang penemu ulung, pemegang 1039 hak paten pada berbagai macam temuan teknologi. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi seorang penemu. Dan bahkan perusahaan yang ia dirikanpun sampai sekarang masih menjadi perusahaan teknologi raksasa di dunia, yaitu general electric (ge). General electric adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam peralatan teknologi mulai dari lampu, generator listrik, panel surya, kabel listrik, mesin
diesel, mesin pesawat hingga mesin jet sekalipun.
Perubahan sistem kurikulum saja tidak akan bisa berdampak banyak. Maka harus ada kesadaran kolektif dari masyarakat, terutama insan-insan pengajar di seluruh pelosok nusantara untuk lebih menghargai kecerdasan unik dari setiap anak didik. Karena guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Ia adalah ujung tombak pembentuk generasi emas. Jadi bagi para guru dimanapun anda berada, mari asah, gali dan pahat semua potensi-potensi unik dari setiap anak didik kita, kemudian poleslah ia agar bisa bersinar dan berkilau. Biarkan kilaunya menyebar ke seluruh penjuru bumi dan membuat bangsa lain iri. Agar semua bangsa di bumi ini tahu, inilah Indonesia, inilah bangsa garuda, inilah kami, mercusuar dunia.
0 comments:
Posting Komentar