Menyebarkan Informasi Dan Mengedukasi Tanpa Harus Menjadi Praktisi Atau Selebriti

Guru Masa Kini, Haruskah Diteladani ?

Menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar. Sedangkan mengajar  adalah  suatu tindakan untuk membuat orang lain mengerti atau paham akan sesuatu. Mengajar adalah sebuah kata kerja, sehingga orang yang mengajar disebut dengan Pengajar. Pengajar berasal dari kata ajar yang artinya petunjuk kepada orang supaya diketahui (dituruti).

poguman.blogspot.com Guru Masa Kini, Haruskah Diteladani ?

Berbicara tentang Guru, sangat erat kaitannya dengan kata Pendidikan. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan serta proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam pendidikan, Guru juga disebut sebagai Pendidik. Dan Pendidik berasal dari kata didik yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Dari kedua paragraf diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Guru adalah pengajar dan pengajar adalah pendidik. Sebab Guru, Pengajar dan Pendidik adalah sesuatu yang saling berkaitan dan saling melengkapi.  Jika Guru tidak mengajar, maka ia tidak dapat disebut Guru. Begitupun jika Guru hanya mengajar dan tidak mendidik, maka belum lengkaplah gelar yang disandangnya sebagai seorang Guru. Oleh karenanya, seseorang yang menyandang gelar sebagai Guru hendaknya tidak hanya menjadikan Guru sebagai profesi dan mata pencahariannya saja, tetapi juga sebagai sarana untuk membuat orang lain paham akan sesuatu dengan memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Dalam ajaran islam, kita ketahui bersama bahwa Nabi Muhammad Saw sering disebut sebagai pendidik. Islam menguatkan pandangan pada paragraf  di atas bahwa guru bukan hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi juga sekaligus tenaga pendidik. Sebab, yang dibutuhkan untuk menjadi guru bukan hanya sesuatu yang bersifat akademik atau ilmu-ilmu pengetahuan saja. Sebab, sesuatu yang lebih mendasar dan yang lebih penting nilainya adalah pembentukan karakter moral dan tingkah laku serta kepribadian anak didiknya. Begitupun dengan Nabi Muhammad Saw sebagai pendidik ummatnya, beliau tidak hanya mengajarkan sesuatu yang sifatnya keilmuan saja. Tetapi juga mengaplikasikannya dengan kehidupan beliau sehari-hari sehingga para ummatnya ataupun anak didiknya tidak hanya mencerna apa yang beliau sampaikan, tetapi juga mengikutinya di jalan kebenaran. Jika kita mengaku sebagai muslim yang meneladani sifat, karakter dan tingkah laku Nabi Muhammad Saw, maka sudah sepantasnya jika kita sebagai seorang Guru juga meneladani cara beliau mengajar dan mendidik para pelajar sebagai anak didiknya.

Zaman ini, ramai terdengar kabar tentang berbagai macam keributan yang mewarnai dunia pendidikan di Indonesia pada khususnya. Salah satunya adalah bentrokan atau tawuran antar pelajar yang satu dengan yang lain ataupun dengan pihak lain yang bukan berasal dari kalangan pelajar.
Hal ini sungguh merupakan hal yang sangat mencoreng dunia pendidikan Indonesia. Dimana Indonesia sendiri merupakan salah satu Negara dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam. Padahal telah kita ketahui dan sering sekali kita mendengar para muballigh dan muballighah yang menyampaikan bahwasannya islam adalah rahmatan lil ‘aalamiin (rahmat bagi semesta alam).

Lalu bagaimana bisa Negara yang penduduknya mayoritas beragama muslim lantas para pelajarnya yang juga mayoritas beragama muslim mencoreng arti rahmatan lil ‘aalamiin dengan kegiatan-kegiatan atau aksi yang sangat tidak terpuji seperti halnya tawuran ?

Sepertinya akan sangat bijaksana jika kita semua yang bergelar Guru, mengintrospeksi diri kita masing-masing, apakah yang kita sampaikan ke anak didik kita sudah sama dengan yang Nabi Muhammad Saw ajarkan dan tuntunkan kepada kita ?

Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125, Allah telah mengatakan:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…”

Potongan ayat diatas cukup menjelaskan bahwa kita sebagai manusia dan khususnya sebagai seorang pendidik, pengajar dan Guru, diperintahkan oleh Allah Swt untuk menyeru, mengajar dan mendidik dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Bahkan jika menyampaikan bantahan atas sesuatupun harus dengan cara yang baik pula. Bukan dengan kekerasan, menghakimi orang lain dengan hal yang tidak sepatutnya. Tentunya guru juga menyampaikannya tidak hanya dengan metode penyampaian yang menggurui, tetapi juga dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga para pelajar, anak didik, murid –apapun sebutannya untuk orang yang menerima ilmu dari guru- tidak hanya belajar untuk mengerti bahwa islam adalah agama yang menebar rahmat bagi semesta alam, tapi juga dapat mengaplikasikannya dan dapat merasakan dampak positif atas apa yang dipelajarinya.

Disadari atau tidak, guru adalah sosok yang sangat berperan bagi kemajuan dan kebobrokan suatu Negara. Sebab apa yang dipelajari dan diamalkan oleh para generasinya, semua berawal dari satu nama. Yang tidak lain adalah Guru. Seburuk apapun suatu hal yang diajarkan oleh seorang guru, sengaja atau tidak sengaja, jika terus menerus diulang, terus menerus diajarkan dan terus menerus ditanamkan, keburukan itu juga yang akan menyatu pada anak didiknya. Tentu saja hal ini adalah tanggung jawab semua guru yang beragama islam. Bukan hanya guru pendidikan kewarganegaraan ataupun guru pendidikan agama islam. Sebab, semua makhluk akan dimintai pertanggung jawabannya atas tiap-tiap apa yang dilakukannya di dunia, kelak di hari kiamat. Begitupun dengan kita sebagai guru. Sekecil apapun yang kita lakukan dan kita berikan kepada anak didik kita di dunia, akan dipertanggung jawabkan.

Bisa diambil contoh, jika kita sebagai guru, pendidik dan pengajar menginginkan dan meminta anak didik kita untuk membuang sampah pada tempatnya tetapi kita sendiri tidak memulai untuk melaksanakan hal tersebut, apa yang terjadi dengan anak didik kita ?

Lalu jika kita menginginkan dan melarang keras pemakaian obat-obatan terlarang, rokok dan minum-minuman keras, sedangkan kita sendiri adalah seorang perokok berat, tetangga sebelah rumah kita adalah pemakai obat-obatan terlarang, teman kita adalah peminum minuman keras, lantas bagaimana dengan anak didik kita? Maukah mereka mengikuti apa yang kita sampaikan sedangkan yang mereka lihat dari diri kita adalah sesuatu yang berbanding terbalik dengan apa yang kita sampaikan. Bukankah membuang sampah pada tempatnya adalah salah satu dari ajaran islam yang memang membudayakan hidup bersih, menyukai keindahan, menjaga kelestarian alam, lalu apa susahnya kita mencontohkan kepada anak didik kita untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat sebelum kita meminta mereka untuk melakukannya. Dan juga, rokok, minuman keras dan obat-obatan terlarang, jelas di dalam Al-Qur’an bahwa barang-barang tersebut dikategorikan sebagai barang yang haram dikonsumsi oleh orang muslim. Lantas mengapa kita masih mengkonsumsinya dan membiarkan orang lain juga mengkonsumsinya dan akhirnya sampailah ke mata anak didik kita penilaian tentang kita, lalu mereka juga mengkonsumsi barang-barang tersebut dengan santainya.

Lihat saja apa yang di tampilkan oleh media-media berita, dewasa ini. Apa yang mereka beritakan tentang para generasi penerus bangsa, pemegang estafeta perjuangan Negara. Sebagian dari pada pelajar dan anak didik kita bahkan tidak canggung lagi merokok di tempat-tempat umum, tidak hanya dari kalangan perguruan tinggi, bahkan sekolah dasar-pun sudah mulai terjebak dengan hal-hal yang tidak semestinya. Baik laki-laki maupun perempuan. Dan bahkan masih banyak lagi hal-hal penting lainnya. Wajar saja, Gurunya saja juga melakukan hal serupa.

Intinya adalah keteladanan. Berpedoman pada Al-Qur’an dan hadist. Agar nantinya kita sebagai guru tidak hanya menyampaikan ilmu yang kita miliki, tapi juga menyampaikan keteladanan yang baik yang kita cerminkan pada kehidupan kita sehari-hari. Tidak hanya bangga dengan seabrek gelar yang berjajar di belakang nama kita, namun juga keindahan sikap dan tingkah laku yang menambah kesan bahwa guru-guru islam di Indonesia adalah miniatur peradaban islam yang akan diteruskan oleh generasi yang dididiknya. Semoga setitikpun kebaikan yang kita lakukan di dunia terhitung amal yang dapat menolong kita ke Syurga-Nya kelak. Amiin.

Buktikan saja. Apa yang terjadi jika seluruh guru di Indonesia atau bahkan di seluruh dunia – khususnya yang beragama islam- menanamkan nilai-nilai keislaman yang merujuk pada Al-Qur’an dan Al-Hadist serta menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai satu-satunya tauladan, mengimbangi pelajaran-pelajaran ilmu pengetahuan yang disampaikan. Lalu mencerminkan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

0 comments:

Posting Komentar

 

Blog Direktori

top blogs
blog directory
blog search directory

Resources

Teknologi

<>